Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Medan Petualang, Jelajahi Keindahan Sumut Perkenalkan Pada Dunia

Kemunculan komunitas-komunitas penggila jalan-jalan di Indonesia beberapa waktu terakhir sepertinya juga terjadi di Ibukota Sumatra Utara, Medan. Komunitas berbasis hobi travelling ini mulai banyak muncul demi mengakomodir minat pencinta wisata baik yang berbiaya murah maupun mahal.
Komunitas Medan Petualang
Komunitas Medan Petualang

Bisnis.com, JAKARTA - Kemunculan komunitas-komunitas penggila jalan-jalan di Indonesia beberapa waktu terakhir sepertinya juga terjadi di Ibukota Sumatra Utara, Medan. Komunitas berbasis hobi travelling ini mulai banyak muncul demi mengakomodir minat pencinta wisata baik yang berbiaya murah maupun mahal.

Adalah Komunitas Medan Petualang, sebuah komunitas yang terdiri dari berbagai latar belakang anggotanya ini juga mulai menunjukkan taringnya. Komunitas ini berdiri secara resmi pada 14 Januari 2012.

Aulia Ramadhan Ray yang didapuk sebagai panglima, sebutan ketua di komunitas ini, mengisahkan awal terbentuknya Komunitas Medan Petualang kepada Bisnis.

Pada Oktober 2011, dia bersama Ilman, rekannya di kampus Universitas Negeri Medan (Unimed) ingin menggelar kegiatan untuk mengisi pergantian tahun.

Mereka berdua menginginkan untuk membuat event yang berbeda dari biasanya. Jika biasanya mereka mendaki gunung, kali ini tempat baru yang sangat jarang diekspos dan diketahui masyarakat menjadi tujuan untuk merayakan tahun baru 2012.

Pulau Berhala adalah tujuannya. Lokasi pulau yang tidak jauh dari Medan tepatnya di Kabupaten Serdang Bedagai ini merupakan pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Saat itu, Pulau Berhala belum sesohor sekarang. Estimasi biaya kala itu juga masih sangat terjangkau bagi kalangan mahasiswa. Dia mengajak rekan-rekan mahasiswa yang tergabung dalam UKM Teater Unimed yang sama-sama memiliki hobi jalan-jalan. 

Gayung bersambut, sebanyak 16 orang akhirnya memutuskan untuk ikut menyeberangi lautan menuju Pulau Berhala. Tak satupun dari mereka yang pernah menginjakkan kaki di pulau yang hanya dihuni oleh Tentara penjaga perbatasan itu.

 

Tepat pada 29 Desember 2011 mereka berangkat dari Pantai Cermin sejak pukul 07:00 WIB. Mereka menggunakan jasa perahu nelayan berkapasitas 20 orang karena tidak ada kapal rutin untuk menuju ke pulau itu.

Berbekal riset dari internet, kalkulasi biaya awal sekitar Rp250.000-Rp300.000 per orang untuk 2 hari 1 malam. Untuk ukuran mahasiswa, biaya itu perlu ditabung agar mereka bisa memenuhinya.

Menyeberangi lautan Selat Malaka, kapal nelayan itu dipacu selama 5 jam. Sekitar tengah hari bolong, rombongan tiba di Pulau Berhala dan disambut oleh marinir TNI AL dengan menyerahkan surat izin dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serdang Bedagai.

"Kami tidak ada membawa bekal makan siang, lalu kami membangun tenda dan masak. Itu pertama kalinya kami sampai di Pulau berhala menjelang tahun baru," ungkap Aulia.

Di Pulau Berhala, sambungnya, terdapat dua pulau lainnya yang berjarak tak jauh bahkan jika air laut tengah surut dapat dijangkau dengan berjalan kaki. 

Akibat begit antusiasnya mereka tiba di sebuah privat island, Aulia dan teman-temannya tidak melewatkan setiap sudut pulau nan indah itu. Mereka mengunjungi penangkaran penyu yang dikelola oleh marinir, melihat penyu-penyu bertelur dimalam hari, tracking keliling pulau, hingga snorkling melihat terumbu karang.

Mereka juga menaiki 700 anak tangga mercusuar untuk menyaksikan sekeliling pulau dari ketinggian. Jika cuaca tengah mendukung, pada malam hari tampak lampu-lampu berkedip-kedip di daratan Malaysia.

Kenyang dengan pengalaman baru di Pulau Berhala, mereka kembali ke Pulau Sumatra menumpang perahu yang sama. Perahu nelayan itu rela menunggu dengan tarif sewa Rp2 juta selama 2 hari. 

Saat perjalanan pulang, perahu dikayuh sejak pukul 11:00 WIB dari ulau itu. Mereka tidak lagi membawa persediaan logistik cukup banyak. Hanya persediaan makan seadanya untuk 16 orang itu.

Perjalanan yang seharusnya ditempuh dalam waktu 4 jam, ternyata setelah 3 jam mengarungi Selat Malaka mereka belum kunjung melihat daratan. Sang nelayan menguji arah perahu secara tradisional, ternyata baru sadar kompas yang digunakan telah rusak.

Akibatnya, hingga malam tiba mereka masih terkatung-katung di lautan. Hampir 12 jam mereka mengarungi lautan tanpa tau arah hingga akhirnya bertemu dengan nelayan lain dan dipandu untuk kembali ke arah Pantai Cermin.

Tengah malam mereka sampai di daratan Serdang Bedagai dan akhirnya memutuskan untuk menginap. Orang tua masing-masing cemas karena tidak kunjung mendapatkan kabar. Mereka tiba di Medan tepat pada 3 Januari 2012. 

Setelah perjalanan mendebarkan itu, masing-masing anggota berkomunikasi dan disepakati diadakan syukuran. Di sebuah rumah makan tepatnya Pasar Merah Square, Medan, mereka menggelar syukuran dari dana perjalanan yang masih tersisa.

"Disitu kami bicarakan ketimbang jalan-jalan enggak jelas, tercetuslah ide bikin komunitas. Nama Medan Petualang secara resmi kami sepakati pada 14 Januari 2012," kisahnya.

Hingga saat ini, Komunitas Medan Petualang telah memiliki anggota lebih dari 700 orang. Mereka rutin mengadakan trip murah meriah baik menggunakan sepeda motor maupun mobil ke lokasi-lokasi yang belum dikenal luas.

Komunitas yang terbuka bagi siapa saja ini berharap untuk memperkenalkan keindahan Sumatra Utara kepada dunia. Danau Linting, Kawah putih Tinggi Raja, Air Terjun Dua Warna, Tangkahan, hingga sisi lain Danau Toba, coba diperkenalkan melalui media sosial.

Anggotanya kini tak hanya mahasiswa Unimed, tetapi telah menyusup ke semua kalangan mulai dari pelajar, PNS, pegawai swasta, pengusaha, hingga pensiunan. Tak ada batasan usia untuk mengikuti komunitas ini.

Syarat untuk bergabung dengan Medan Petualang hanyalah hobi jalan-jalan. Dari hanya 16 orang itu, kini komunitas Medan Petualang menjadi salah satu komunitas yang besar di Medan.

"Awalnya hanya ingin memuaskan dahaga travelling karena Sumut memiliki objek wisata yang indah, tapi kini kami juga bisa membawa orang atau menjadi tour guide bagi yang ingin melihat sisi lain Sumut," paparnya.

Menurut dia, potensi pariwisata Sumut itu tidak kalah dengan Bali. Permasalahnnya, dari pengalaman trip bersama Medan Petualang, sarana dan prasarana objek wisata Sumut sangat memprihatinkan.

Selain infrastruktur jalan yang tragis, perhatian pemerintah setempat terhadap objek wisata juga dinilai masih sangat minim. Mereka belum mempromosikan destinasi wisata dengan maksimal termasuk kesadaran wisata masyarakatnya juga perlu ditingkatkan. 

Tidak hanya itu, komunitas ini juga menggelar kegiatan-kegiatan sosial seperti saat Gunung Sinabung di Kabupaten Karo meletus pada September lalu. Komunitas Medan Petualang menggalang dana dari anggotanya untuk membantu masyarakat yang menjadi korban.

 

 

Informasi : 

Nama Komunitas : Medan Petualang

Panglima : Aulia Ramadhan Ray

Sekretaris : Abdur Rahman

Bendahara : Anshari Siregar

Facebook : Grup Medan Petualang

Twitter : @Medan_Petualang

Kontak : 085261421110


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Sepudin Zuhri

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler