Bisnis.com, SURABAYA -- Sebagai peraup investasi terbanyak ketiga, bisnis dan ekonomi Jawa Timur diperkirakan tetap menjanjikan di tengah kegaduhan teror bom.
Namun, secara sektoral tetap ada bidang usaha yang berpotensi terpukul akibat kejadian ini.
Deputi Direktur Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Budi Widihartanto mengatakan, sejauh ini dunia usaha dan perekonomian relatif terjaga. Pengalaman dari kejadian serupa pada tahun-tahun lampau, kondisi ini menimbulkan keterkejutan bagi stakeholder tetapi secara umum terkendali.
“Dari sisi makro, BI mengeluarkan penurunan BI rate ini beri sinyal bahwa risiko dalam perekonomian kita berkurang,” ucapnya saat dihubungi Bisnis, di Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Sikap positif masyarakat dan pemerintah diyakini bisa menjadi tameng bagi perekonomian nasional. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tenang, sehingga keyakinan dan minat pelaku bisnis tidak surut. Walhasil peluang investasi bisa terealisasi.
Secara makro ekonomi kondisi Jawa Timur (Jatim) dipercaya tetap kondusif selama tidak terjadi teror bom susulan. Tapi dari sisi sektoral tetap ada bidang usaha yang berpotensi terguncang kondusifitasnya, yakni sektor pariwisata.
“Ada kemungkinan dari sisi pariwisata akan turun geliatnya,” tutur Budi.
Ancaman bom kali ini berpotensi menekan kunjungan tidak hanya tamu asing, bahkan domestik pun ikut susut.
Padahal, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel di Jawa Timur tercatat relatif baik jelang akhir 2015. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim melansir TPK hotel berbintang pada November tahun lalu mencapai 61,45%.
Angka tersebut naik 0,87 poin dibandingkan tingkat penghunian kamar pada bulan sebelumnya yang bertengger di level 60,58%. Hotel bintang empat menjadi penginapan paling laris dengan TPK 76,14%.
Rata-rata lama menginap tamu (RLMT) asing pada hotel berbintang pada November 2015 mencapai 3,16 hari. Angka ini turun sebesar 0,14 poin dibandingkan dengan bulan Oktober 2015 yang sebesar 3,30 hari.
RLMT domestik pada November tahun lalu mencapai 1,75 hari. Angka ini turun 0,35 poin ketimbang Oktober 2,10 hari. Secara keseluruhan RLMT pada bulan kesebelas 1,83 hari, turun 0,34 poin jika dibandingkan dengan Oktober 2,17 hari.
Jawa Timur sebetulnya tidak bisa seperti Pulau Bali yang okupansi penginapan atau hotelnya relatif dapat menjadi indikator perkembangan sektor pariwisata.
Ekonom Universitas Airlangga Rudi Purwono mengatakan, di Bali mayoritas tamu yang menginap di hotel tujuannya untuk berwisata. Sementara di Jawa Timur cenderung lebih variatif, selain wisata tidak sedikit pula yang tandang untuk urusan bisnis.
“Tujuan orang ke sini macam-macam, kalau di Bali kan cenderung hanya turis yang mau wisata,” ucapnya saat dihubungi Bisnis secara terpisah.
Sejauh ini tetap didapati peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang bertandang ke provinsi ini. Kunjungan via Bandara Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur pada November 2015 terhadap Oktober meningkat 28,21%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Sairi Hasbullah menyebutkan selama bulan kesebelas tersebut kedatangan wisman mencapai 20.255 kunjungan. Adapun pada Oktober jumlahnya baru sekitar 15.794 kunjungan.