Sudah jauh-jauh ke Jombang, tidak ada ruginya sekalian berkunjung ke obyek wisata selain Kedung Cinet. Di Kecamatan Wonosalam, terdapat juga destinasi wisata modern yang sedang naik daun. Namanya adalah Kampoeng Djawi.
Sesuai namanya, destinasi wisata peristirahatan ini sangat kental akan nuansa adat Jawa. Mulai dari arsitektur, tata taman, dekorasi, hingga desain interiornya; semua terinspirasi dari suasana perkampungan Jawa kuno.
Tempat ini ideal sebagai tujuan liburan keluarga. Sebab, selain menikmati suasana perkampungan khas Jawa, Anda bisa seru-seruan dengan berbagai fasilitas outbound, kafe yang menjual beragam jenis kopi Nusantara, danau buatan, dan kolam renang kaca yang langsung menjorok ke lembah berlatar belakang pemandangan gunung.
Selain itu, jika datang ke Wonosalam pada kisaran September—November, Anda dapat menikmati durian khas setempat. Memang, sejak dulu kecamatan tersebut termasyur sebagai salah satu penghasil durian lokal dengan cita rasa legit dan sedikit pahit yang sangat khas.
Dari daerah Jombang, perjalanan bisa diteruskan ke Mojokerto. Kota yang dulunya menjadi Ibukota Kerajaan Majapahit itu terkenal dengan berbagai destinasi wisata peninggalan sejarah; khususnya berbagai candi dan reruntuhan arkeologi dari zaman kerajaan Hindu.
Namun, tidak hanya peninggalan kebudayaan Hindu saja yang menjadi magnet pariwisata di Mojokerto. Di Kecamatan Trowulan, terdapat juga situs sejarah Maha Vihara Mojopahit Trowulan, yang terletak di Desa Bejijong.
Wihara itu terkenal dengan patung Budha Tidur (The Sleeping Buddha) raksasa berwarna emas sepanjang 22 meter, dengan tinggi 4,5 meter, dan lebar 6 meter. Patung tersebut adalah yang terbesar ketiga di dunia setelah Sleeping Buddha yang ada di Thailand dan Myanmar.
Tepat di bawah pelataran patung Budha raksasa itu terdapat kolam ikan yang mengelilinginya. Sehingga, pengunjung hanya bisa mengambil foto atau selfie dari jarak yang tidak terlalu berdekatan dengan lokasi patung.
Selain berfoto ria dengan patung emas raksasa itu, Anda juga disuguhi dengan penampakan patung-patung Buddha dalam berbagai pose. Selain itu, Anda dapat belajar sejarah dengan mencermati relief di tembok belakang wihara yang menceritakan kisah hidup Budha.